Yogyakarta, 8 Agustus 2025 – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar “Dialog Bisnis dan Kebijakan” bertempat di Kantor OJK DIY. Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, sebagai bagian dari komitmen memperkuat sinergi antara regulator, pelaku usaha, dan asosiasi industri dalam menghadapi tantangan global serta mendorong penguatan ekonomi daerah.
Dalam sambutannya, Mahendra Siregar menyoroti dampak kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat yang mencapai 19% terhadap berbagai produk Indonesia, khususnya sektor furnitur, kerajinan, dan tekstil. Namun demikian, ia menilai situasi ini sebagai peluang strategis bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor, mengingat tarif yang dikenakan terhadap produk Indonesia masih lebih rendah dibandingkan China (30%) dan India (35%).
“Indonesia kini menjadi eksportir TPT terbesar kelima ke Amerika Serikat, dengan hampir 50% ekspor ditujukan ke pasar tersebut. Untuk furnitur, bahkan 57% ekspor kita juga ke AS. Ini peluang besar yang perlu dimanfaatkan secara kolektif,” ujar Mahendra.
Mahendra juga menegaskan pentingnya penguatan akses pembiayaan untuk UMKM di sektor-sektor unggulan DIY. “OJK siap menjadi jembatan antara pelaku usaha dan kementerian atau lembaga terkait agar kebutuhan sektor ini mendapatkan perhatian lebih,” tambahnya.
Wakil Ketua KADIN DIY, Robby Kusumaharta, menyampaikan apresiasinya atas dukungan OJK dan mengajak pelaku usaha menyampaikan aspirasi secara langsung agar dapat dirumuskan kebijakan yang tepat demi keberlanjutan dan daya saing industri daerah.
Dalam forum ini, turut hadir perwakilan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DIY dan Global Gotong Royong Tetrapreneur (G2RT), termasuk Rika Fatimah P. L., Ph.D., yang juga merupakan Founder G2RT dan akademisi FEB UGM. Rika memaparkan pendekatan inovatif G2R Tetrapreneur sebagai solusi penguatan kelembagaan UMKM berbasis gotong royong, yang telah diterapkan sejak 2018 di lebih dari 35 desa dan berkembang secara nasional.
Inovasi ini kini tengah diformalkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI G2RT), bekerja sama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN), Kementerian Transmigrasi, Pemda DIY, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Pendekatan G2RT dinilai relevan sebagai strategi *game changer* dalam menghadapi tantangan pasar global, sekaligus mendorong ekspor produk UMKM yang memenuhi standar dan volume yang dibutuhkan.
Rika menambahkan, “G2RT Tetrapreneur telah memfasilitasi pengiriman dua kontainer produk UMKM ke Timur Tengah, namun untuk skala berkelanjutan dibutuhkan lembaga agregator yang kuat dan profesional. Di sinilah kolaborasi OJK dan KADIN sangat penting.”
Acara ini juga didukung oleh tokoh-tokoh industri halal MES DIY seperti Budi S. Kurniawan (Koordinator Industri Halal Inti 1), Kurnia Febra M. (Koordinator Fashion & Kosmetik), serta Dalmugi (Ketua Paguyuban G2RT DIY), yang menegaskan sinergi sektor halal dan UMKM sebagai bagian penting dari ekosistem ekonomi nasional.
Lebih dari 50 peserta dari berbagai asosiasi industri di DIY hadir dalam forum ini, termasuk ASMINDO DIY, serta pejabat OJK pusat dan daerah. Diskusi ini menjadi momentum penting dalam menyatukan langkah strategis untuk memperkuat daya saing industri daerah melalui inovasi, pembiayaan inklusif, dan ekspor yang terstandarisasi.


