“Untold Story | Muhammadiyah dan Politik Era Soekarno” membahas hubungan erat antara Muhammadiyah dengan Presiden Soekarno sejak masa muda hingga era kepemimpinannya. Soekarno yang pernah bersentuhan langsung dengan lingkungan Muhammadiyah, bahkan pernah menjadi ketua Majelis Pendidikan Muhammadiyah di Bengkulu, dikenal memiliki kedekatan emosional dengan organisasi ini. Dalam beberapa kesempatan, ia mengungkapkan kecintaannya terhadap Muhammadiyah, termasuk saat menutup Muktamar Muhammadiyah ke-50 pada tahun 1962, ketika ia menyatakan rasa hormat dan apresiasinya terhadap perjuangan organisasi tersebut.
Secara politik, Muhammadiyah pada masa Soekarno tidak menjelma menjadi partai, tetapi tetap berperan penting dalam percaturan nasional melalui jalur moral dan dakwah. Meskipun ada tokoh-tokoh Muhammadiyah yang terlibat dalam partai Islam seperti Masyumi, organisasi ini secara kelembagaan memilih untuk menjaga jarak dari politik praktis. Sikap tersebut mencerminkan strategi Muhammadiyah untuk tetap fokus pada gerakan sosial, pendidikan, dan keagamaan, sambil tetap memberi pengaruh pada kehidupan politik bangsa secara tidak langsung.
Keseluruhan narasi dalam video ini memperlihatkan hubungan yang kompleks namun penuh penghargaan antara Soekarno dan Muhammadiyah. Di satu sisi, Soekarno sangat menghormati Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modernis, sementara di sisi lain Muhammadiyah berusaha meneguhkan jati dirinya sebagai organisasi dakwah yang menjaga independensi politik, meskipun tetap hadir dalam arus besar sejarah Indonesia.