“Untold Story | Parmusi, Partainya Orang Muhammadiyah?” mengisahkan perjalanan Muhammadiyah dalam memasuki dunia politik, terutama setelah peristiwa 1965 yang mengguncang lanskap politik Indonesia. Muhammadiyah, yang selama ini dikenal sebagai organisasi dakwah, pendidikan, dan sosial, mulai mempertimbangkan jalur politik sebagai wadah aspirasi umat. Momentum itu terjadi pada Tanwir Muhammadiyah 1966 di Bandung, ketika muncul gagasan untuk mendirikan partai politik Islam yang akhirnya diberi nama Parmusi (Partai Muslimin Indonesia). Keputusan tersebut dipandang sebagai langkah bersejarah karena Muhammadiyah sebelumnya cenderung menjaga jarak dari politik praktis.
Namun, proses pendirian Parmusi tidak berjalan mulus. Tokoh Muhammadiyah, Faqih Usman, diajukan sebagai ketua partai, tetapi kepengurusannya ditolak langsung oleh Presiden Soeharto sebanyak dua kali. Penolakan itu menunjukkan bagaimana rezim Orde Baru ingin mengendalikan dinamika politik Islam dan membatasi peran Muhammadiyah agar tidak berkembang menjadi kekuatan politik yang independen. Kondisi ini membuat Parmusi sulit berkembang sesuai dengan cita-cita awal Muhammadiyah.
Video ini juga menggambarkan dinamika tarik-menarik antara idealisme Muhammadiyah untuk menghadirkan politik yang bersih, berlandaskan nilai Islam, dengan realitas politik Orde Baru yang otoriter dan penuh intervensi. Akibat tekanan dan pengawasan ketat pemerintah, Parmusi akhirnya tidak bisa sepenuhnya menjadi representasi politik Muhammadiyah. Pada perkembangan selanjutnya, partai ini pun ikut dalam proses fusi partai politik tahun 1973 yang digagas pemerintah, sehingga kehilangan identitas awalnya.
Secara keseluruhan, kisah Parmusi dalam video ini menjadi potret kegelisahan Muhammadiyah saat mencari ruang politik di tengah situasi yang tidak bebas. Ia juga memperlihatkan bagaimana upaya umat Islam moderat untuk berpolitik seringkali terbentur dengan kekuasaan yang berusaha mengendalikan semua jalur representasi rakyat.