Tolong menolong tanpa memandang agama, suku bangsa, maupun latar belakang tercermin dari anggota Madaris (Mahasiswa Sadar Infaq Shadaqah) Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. Madaris Unisa Yogyakarta menjadi wadah inklusif bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri, untuk saling peduli dan berbagi.
Anggota Madaris Unisa Yogyakarta turut ambil bagian dalam kegiatan Taawun sosial Unisa Yogyakarta yang bertajuk ‘Menebar Ihsan dan Merawat Keadaban Publik’ yang digelar Selasa (19/3/2025) – Sabtu (22/3/2025). Meski hujan sempat mengguyur, namun anggota Madaris Unisa Yogyakarta tetap semangat menyiapkan sembako untuk dibagikan kepada masyarakat, di Halaman Masjid Walidah Dahlan, Unisa Yogyakarta Rabu (19/3/2025) pagi.
Semangat tersebut tak terkecuali muncul dari Elisabeth Ferrinidinasari Lamen mahasiswa Manajemen Unisa Yogyakarta Angkatan 2024 yang tampak semangat menyiapkan sembako. Rasa pedulinya terhadap sesama manusia mendorong Elisabeth bergabung dengan Madaris. Hampir sekitar satu tahun Elisabeth telah bergabung menjadi anggota Madaris.
Berbagai kegiatan Madaris telah diikuti Elisabeth selama ini. Mulai dari kegiatan Jumat Berkah, kegiatan SANGAJI atau Sabtu Mengaji dan Berbagi, hingga SEBARKAS atau Sedekah Barang Bekas. “Tertarik bergabung dengan Madaris karena memang banyak kegiatan sosialnya,” ungkap Elisabeth.
Meski anggota Madaris didominasi mahasiswa beragama Islam, namun Elisabeth merasa dapat diterima dengan baik, tidak dibeda-bedakan. “Senengnya lagi gak beda-bedakan di sini. Rata-rata emang Islam, banyak pengajian, menghormati gitu,” kata Elisabeth.
Elisabeth merasa diterima dengan baik di Madaris Unisa Yogyakarta, memiliki banyak teman dan relasi baru. Ia pun berharap semakin banyak yang bergabung dengan Madaris Unisa Yogyakarta. “Harapannya semoga ke depan banyak yang bisa bergabung ke kami, bisa berbagi, karena berbagi itu indah. Gak memandang agama, golongan,” ungkap perempuan asal NTT itu.
Hal serupa diungkapkan anggota Madaris Unisa Yogyakarta lainnya, Klementina Masambe, yang merasa dapat membaur dengan baik di Madaris Unisa Yogyakarta. Bagi dirinya bergabung dengan Madaris juga meningkatkan rasa toleransi.
“Sangat menyenangkan sesuai dengan minat saya, kegiatan sosial gitu. Beradaptasi dengan lingkungan juga suka. Senang aja, meningkatkan toleransi saya juga, dapat teman, dapat materi baru, belajar hal baru,” ujar Klementina, sembari tersenyum.
Klementina menilai para anggota Madaris Unisa Yogyakarta juga sangat toleran. Ia berharap semakin banyak kegiatan sosial yang digelar nantinya. “Kemarin terakhir bagi-bagi takjil itu, ini Taawun sosial. Harapan saya semakin banyak kegiatan sosial lagi,” harap mahasiswa Radiologi itu.
Mahasiswa lainnya, Melisa Beti Feninlambir menilai bergabung dengan Madaris menjadi hal yang luar biasa, karena bisa mendapat pengalaman baru. Rasa toleransi yang tinggi juga mendorongnya bergabung dengan Madaris Unisa Yogyakarta.
“Menurut saya bergabung di Madaris luar biasa, mendapat pengalaman baru. Kegiatan yang sudah saya lakukan pertama-tama bantu di Masjid, bagi takjil juga. Ini pengalaman pertama. Seru, senang toleran,” ungkap Melisa.
Gerakan Filantropi untuk Kemanusiaan
Pembina Madaris sekaligus Pengurus Lazismu Unisa Yogyakarta, Andis menjelaskan bahwa kegiatan Madaris sama dengan kegiatan Lazismu. “Gerakannya di filantropi, gerakan kemanusiaan,” ujar Andis.
Andis mengatakan anggota Madaris Unisa Yogyakarta yang aktif sampai saat ini sebanyak 170 orang. Madaris juga terbuka untuk umum, tidak melihat latar belakang. “Kalau dilihat Lazismu, Madaris Islam sekali, tapi relawan non Islam boleh, ada juga yang Kristen, Katolik ikut pengajian, ikut kegiatan sosial. Mereka semangat luar biasa,” ucap Andis.
Andis menjelaskan berbagai kegiatan atau program telah dilakukan Madaris Unisa Yogyakarta. Seperti, Serdadu atau sedekah seribu dan dua ribu, nantinya sedekah dikumpulkan dan setiap bulan diberikan ke mahasiswa yang kurang mampu.
“Jadi kan mahasiswa kita ada gak mampu bayar kos, gak mampu bayar kuliah, bahkan makanan di kos habis, itu mengajukan. Nah sumber pendanaan dari sedekah Rp1.000, Rp2.000 itu kita ngumpulin, dikembalikan lagi ke mahasiswa. Jargonnya Madaris itu dari mahasiswa untuk mahasiswa,” jelas Andis.
Andis menyebut sejak diinisiasi bersama Lazismu dan Wakil Rektor III, Prof. Dr. Mufdlilah, S.SiT., M.Sc, beasiswa Madaris telah mengcover 42 mahasiswa. Tahun ini ada 25 pendaftar baru. “Tapi kami gak langsung kasih juga yang mengajukan, kami ajak untuk kegiatan sosial. Jadi nantinya semakin banyak yang terbantu,” ujar Andis.
Ada juga program Sebarkas, anggota Madaris mengumpulkan barang bekas yang ada di Unisa Yogyakarta mulai dari botol plastik bekas, kardus dan yang lainnya untuk dijual. “Konsepnya sama dijadikan beasiswa dan juga kebutuhan mahasiswa lainnya. Kita juga ada kegiatan lain seperti kalau ada bencana, Madaris keliling kelas ngumpulin infaq,” ungkapnya.
Melalui upaya baik yang dilakukan Madaris Unisa Yogyakarta diharapkan tidak ada lagi mahasiswa yang kesulitan dalam biaya kuliah. “Harapan di Unsia Yogyakarta tidak ada yang berhenti kuliah karena masalah biaya. Bisa cukup makan, karena gak menutup kemungkinan ada lho mahasiswa yang terpaksa puasa karena gak ada makanan,” tutup Andis.